Archive for the ‘rumah tangga’ Category
Tujuh
Belum lama rasanya saya membuat keputusan mau menikah, kemudian diperkenalkan kepada seseorang oleh teman baik saya dan selanjutnya segalanya dimudahkan oleh Allah sehingga saya pun menyandang peran baru sebagai seorang istri.
Belum lama rasanya saya menjalani setahun pertama pernikahan yang penuh liku, suka duka, dan asam garam yang justru menjadikan saya lebih ‘dewasa’ dalam kehidupan.
Tujuh tahun. Lama atau singkat? Terasa singkat ketika rumah berasa surga dan terasa lama jika sebaliknya.
Meskipun saat ini saya merasakan kebahagiaan dalam menjalani rumah tangga, saya juga tetap harus bersiap-siap menghadapi tantangan yang lebih besar nantinya. Suami dan anak adalah ujian bagi seorang istri. Apabila ingin agar hasilnya nanti baik, maka istri harus banyak belajar supaya siap menghadapi ujian. Kuncinya adalah sabar dan ikhlas, meskipun berat tetap harus dipaksakan seperti itu. Tanpa kesabaran maka persoalan tidak akan terselesaikan dengan baik dan tanpa keikhlasan maka amal yang telah dilakukan akan sia-sia.

Kembali ke Suami
Maksoed loe?
Hampir setiap hari, dalam obrolan, fesbuk, milis, grup, artikel-artikel, banyak sekali teori maupun pengalaman pangasuhan anak. Sebagai ibu, tentunya topik-topik yang berhubungan dengan pengasuhan anak sangat menarik. Biasanya, saya yang suka kepengen ini itu, lihat ini menarik kepengen, lihat tidak menarik dikomentari. Kadang ingin menerapkan ini itu, atau kata orang begini begitu.
Mungkin ada sisi baiknya juga kondisi merantau begini, sehingga pengasuhan anak benar-benar dilakukan berdua saling bekerjasama dan saling mengandalkan. Karena waktu bersama di rumah juga besar, maka abah adalah teman ngobrol yang asyik untuk segala hal. Mungkin sehari-hari mba nana juga terekspos aneka obrolan abah dan ibu Segala informasi yang ibu dapatkan diluar kita berdua, biasanya ibu obrolkan dengan abah. Seringkali abah bisa memberikan sudut pandang yang memperkaya ibu. Sebab inilah kelebihan abah yang paling menonjol yaitu punya sikap dan tidak mudah terpengaruh.
Sssssttttt! jauh jauh sebelum menikah, inilah yang terdetik dalam hati saya, tentang sosok pendamping hidup yang saya tabur dalam harapan dan doa2, yaitu lelaki sejati
yang saya terjemahkan sebagai lelaki yang tidak mehek-mehek, memiliki sikap, dan tidak mudah terpengaruh oleh apapun (not overtaken by events!). Tentunya sikap seperti ini ada plus dan minusnya, terutama harus terbimbing iman, agar pendiriannya tidak dibarat atau di timur, tetapi pada jalan-Nya. Dan mba nana mewarisi karakter abahnya ini *&^%$#@@!
Satu hal yang selalu terngiang-ngiang dari abah, “untuk keputusan-keputusan yang kita sendiri yang akan dimintai pertanggungjawabannya, ibu jangan mudah terpengaruh orang lain!” We he he okay boss! Misalnya keputusan mempunyai anak, cara mengasuh anak, menyekolahkan anak, mengelola rumah tangga dan sebagainya. Lah iya juga, setiap kita akan bertanggung jawab atas keputusan dan pilihan kita sendiri. Ya memang ibu kadang suka kepengaruh, sedang tren ini pengen ini, kata orang begitu pengen begitu. Segala hal dipertimbangkan sikonnya, konsekuensi, dan yang terpenting ridho Allah tea. Dengan sikap abah yang seperti itu, saya sangat terbantu untuk memperkuat visi keluarga yang telah disusun. Dalam hal ini, saya bisa merasakan abah benar-benar sebagai qowwam terutama untuk sisi2 lemah saya.