if99.net

IF99 ITB

Archive for the ‘Pendidikan dan Parenting’ Category

Di Batas Penyerahan Refleksi untuk Anak-anakku dan Adik-adikku

without comments

Share

Segala puji hanya pantas bagi Allah yang membukakan kepahaman demi kepahaman. Saat ini di usia 30-an, saya merasa terpaksa diperes dalam pengertian praktek-praktek amal-amal kita di berbagai bidang sedang benar-benar diminta. Dalam keprofesionalan yang kita tekuni, dalam kegiatan-kegiatan sosial yang kita ikuti, semuanya sedang meminta sejauh mana keilmuan kita, pemahaman-pemahaman terhadap masalah, terhadap lingkungan. Hari ini mengerjakan setoran untuk besok, kemarin mengerjakan persiapan untuk agenda hari ini. Bukan bermaksud menunda pekerjaan, tapi maknanya adalah bahwa pekerjaan, agenda, itu mengalir terus tak berhenti-berhenti, sehingga ritme nya sudah bukan lagi pada mengerjakan hari ini untuk agenda sebulan mendatang. Cepet sekali perputarannya. Hari cepat berganti, pekerjaan harus cepat diselesaikan. Agenda harus segera dieksekusi. Ini tentang semuanya, tentang agenda menjadi istri, ibu, anak, bagian dari masyarakat.

Sayang beribu sayang penyesalan, pada saat dituntut mateng, berisi, ibarat pohon tinggal dipetik buah-buahnya yang manis ranum. Disaat-saat seperti ini masih sibuk mengumpulkan ilmunya, ada problem A sibuk nyari referensi penyelesaian problemnya. Masih sibuk menyempurnakan bahasa Inggris. Ga bisa bahasa Arab. Makin menyadari ini harus dipelajari, ini harus dibaca, aduh yang itu belum dibaca, aduh aduh…. Menyesal sungguh menyesal, pada tahun-tahun yang bahkan tidak sanggup melahap buku-buku teks, tahun-tahun bablas ga jelas, tahun-tahun yang mengerikan dan sekarang menyakitkan adalah tahun-tahun dimana tidak banyak mengakuisisi ilmu. Ngapain aja siy? belajar bahasa engga, belajar keahlian engga, mediocre, pas-pasan kurang mutu. Dan penyesalan terbesar adalah, ga paham Qur’an. See, ga paham agama sendiri, bencana ini bencana. Mengais sana sini kebingungan. Istighfar.

Sampe ketika di hari-hari ini, ketika menyadari Ya Salammm hanya butiran debu dibelantara dunia yang luas.. aku ingin belajar ini, ingin belajar itu, aku harus berbekal ini, berbekal itu, tapi waktu..waktu..waktu… hingga di batas: Ya Allah aku menyerah, ampuunn, tolong beritahu caranya, tolong ilhamkan caranya. Agar aku sanggup menjalani prioritas-prioritas dalam program pedekate mencari perhatian-Mu.

?#?istighfar?
Refleksi untuk Anak-anakku dan Adik-adikku: Pergunakan masa kecil, masa muda, masa perkasa untuk seoptimalnya mengakuisisi ilmu

Written by ibudidin

October 18th, 2014 at 6:39 pm

Sebuah Catatan Keprihatinan di Hari Jum’at 17 Oktober 2014: Anakku Sayang, Anakku Malang

without comments

Share

Adakah yang masih mengingat peristiwa disensornya lagu ‘Hati yang Luka’ Betharia Sonata, dan sempat dibredel juga kaset-kasetnya Iis Sugianto? Sebabnya adalah lagu yang terlalu melow dianggap Pak Harto (via Pak Murdiono) tidak cocok dengan alam pembangunan Indonesia yang sedang adrenalin tinggi memompa pertumbuhan ekonomi menuju era tinggal landas.

Di satu sisi memang ada sayang juga kok sampai sensor segala, tetapi ketika dipikir dari sisi lain, pada masa itu sampe-sampe hal-hal ‘soft’ kultural, olah rasa, diperhatikan sedemikian rupa. Sedang saat ini berada di bandul ekstrim seberangnya, euforia kebebasan yang serasa belum mentas-mentas, belum kelar-kelar.

Kata-kata beringas bahkan keluar dari orang-orang terdidik, bahkan dari pendidik, dari dosen, hanya sebab perbedaan pandangan politik isi kebun binatang keluar, padahal dia pendidik, dia guru. Kata-katanya berkobar-kobar dengan api kebencian dan kemarahan. Maka tidak heran, suatu hari saya di angkot mendengar sekelompok pelajar SMP, perempuan, setiap kalimat ceritanya diakhiri dengan kata b*go. Sampe-sampe saya heran, ini memang gaya bicara jaman ini begini gitu?

Belum lagi pornografi yang merenggut masa depan anak-anak, anak-anak kita yang semestinya asyik dengan kepolosannya, jauh dari kata-kata beringas dan tontonan pornografi. Anak-anak ini yang sebagiannya belajar dari postingan, komen fesbuk, komen di grup Bapaknya yang berisi kobaran umpatan dan kebencian. Ahhh sayang..sayang….. sudahlah, ayolah kita move on. Sudah dewasa, sudah harus meletakkan pewarisan satu demi satu apa yang hendak kita wariskan ke anak-anak kita? anak-anak sodara kita? anak-anak bangsa kita?

Anak-anak ini semestinya menggemaskan tanpa perlu terinfeksi pornografi. Sehingga adrenalinnya dipakai untuk menaklukkan tantangan-tantangan positif. Olahraga, membaca ribuan textbook, menghafal ayat-ayat suci, tangannya mencoba berbagai kerajinan dan permainan. Olaraga, olahrasa, olah pikir, tanpa terenggut oleh pornografi yang ahhhh.. aduh sayang…sayang….

Sementara itu, Bapak atau Ibunya ribut di sosial media, bahkan kadang, sesama ibu-ibu menjudesi ibu-ibu lain yang mencari nafkah untuk keluarganya, padahal tidak tahu bagaimana kondisi di keluarga ibu tadi. Seperti bibi yang kerja di tempat saya, dulupun sempat meninggalkan rumah bekerja sebagai pembantu, untuk biaya anaknya, sementara tidak ada penghasilan dari suaminya. Jadi perempuan, jadi ibu-ibu itu sudah capek, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, sudah ga perlu ditambah-tambah judes menjudesi lagi. Let’s move on.

Barangkali kita perlu sedikit meniru langkah ‘sensor’, kita perlu secara bersama menjatuhkan sensor lebih keras terhadap kata-kata kebun binatang yang diumbar, di komen-komen surat kabar dot com misalnya, atau di media lain. Barangkali kita perlu secara bersama, menjatuhkan himbauan dengan lebih keras, kepada Bapak-bapak teman-teman kita sendiri, yang mengumbar umpatan kebencian di forum-forum alumni kita. Barangkali juga kita perlu secara bersama demo turun ke jalan untuk televisi yang tidak mau peduli dengan petisi2 yang kita tanda-tangani, surat-surat yang kita layangkan. Barangkali untuk menarik bandul ekstrim kebablasan kita harus menariknya dengan sedikit lebih keras, secara bersama-sama, agar agak imbang ke tengah. Barangkali…. entahlah. Wallahu’alam.

Written by ibudidin

October 17th, 2014 at 3:45 pm