Archive for August, 2012
Pengalaman Berteman dengan Orang Syiah
Kasus bentrokan terkait penganut Syiah di Sampang (Madura) yang menelan korban jiwa membuat saya teringat dengan beberapa teman yang beraliran Syiah. Di Indonesia penganut madzhab Syiah tidak banyak jumlahnya. Syiah populer di Indonesia saat terjadi Revolusi Islam di Iran pada tahun 1980-an, dengan tumbangnya Shah Iran oleh gerakan rakyat yang dipimpin oleh Ayatollah Imam Khomeini. Sejak itu buku-buku yang ditulis oleh kalangan Syiah (baik terjemahan dari Iran maupun tulisan asli dari penulis dalam negri) begitu gencar terbit di tanah air. Salah satu penulis yang terkenal dari Iran bernama Ali Syariati, sedangkan penulis syiah dari Indonesia adalah Kang Jalal (lengkapnya Jalaluddin Rahmat). Penerbit buku yang banyak menerbitkan buku-buku dari kalangan Syiah adalah Mizan. Pemilik Mizan yang bernama Haidar Bagir adalah penganut paham Syiah. Anak-anak Haidar Bagir kabarnya disekolahkan di Iran. Buku-buku revolusi Islam dari Iran itu banyak menginspirasi aktivis Islam saat itu. Saya ingat teman-teman saya di Masjid Salman waktu itu menjadikan buku-buku kalangan Syiah itu sebagai rujukan dalam berpikir. Saya juga memiliki buku dari Ali Syariati dan dari Kang Jalal.
FYI, Syiah adalah sebuah sekte di dalam Islam, selain Sunni. Kitab suci dan nabinya sama. Yang berbeda adalah dalam hal khilafah dan beberapa hukum fiqih (CMIIW). Orang syiah menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan Usman bin Affan. Menurut orang Syiah, sesudah Nabi Muhammad wafat, maka yang berhak menjadi penerus kehalifahan adalah dari keluarga Nabi dan keturunannya, yaitu Ali bin Abi Thalib (menantu Nabi). Mereka menyebut keluarga Ali sebagai Ahlul Bait, dan jamaah Syiah disebut juga jamaah Ahlul Bait. Perseteruan tentang kehalifahan itu mencapai puncaknya dengan terbunuhnya Hasan dan Husein (cucu Nabi, anak dari Ali bin Abi Thalib dan Siti Fatimah putri Nabi) di Padang Karbala (Iraq). Orang Syiah memperingati terbunuhnya Hasan dan Husein dengan ritual perayaan yang menyakiti dirinya sendiri (melecuti badan dengan rantai besi yang ujungnya diberi paku atau benda tajam hingga berdarah-darah). Di Indonesia sisa-sisa peringatan terbunuhnya Hasan dan Husein itu masih ada di Pariaman (Sumatera Barat) dan Bengkulu dengan tradisi Tabuik (atau Tabot), namun tidak ada ritual darah-darahan seperti di Iran dan Pakistan.
Perbedaan lainnya yang saya tahu, madzhab Syiah tidak mengakui hadis-hadis yang bersumber dari Abu Bakar, Umar, dan Usman. Mereka hanya menggunakan hadis-hadis yang bersumber dari Fatimah dan Ali bin Abi Tahlib. Dari segi ibadah lainnya seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, sama dengan madzhab Sunni, yang berbeda setahu saya adalah tentang praktek shalat. Bagi orang Syiah, shalat itu cukup tiga waktu saja. Shalat Dhuhur dan Ashar dijamak dalam satu waktu, shalat Maghrib dan Isya dijamak dalam satu waktu. Shalat yang berdiri sendiri hanyalah shalat Subuh. Karena adanya jamak itu, maka di dalam ajaran Syiah tidak ada shalat Jumat. Kalau anda pergi ke Iran, tidak ada shalat Jumat di masjid-masjid. Oh ya, selain kota suci Makkah dan Madinah, penganut Syiah juga mempunyai kota suci ketiga yaitu kota Qom di Iran. Itu yang saya tahu.
Syiah berbeda dengan Ahmadiyah. Ahmadiyah bukan sekte, tetapi ajaran baru yang diluar Islam. Perbedaan mendasar Ahmadiyah dengan Syiah adalah orang Ahmadiyah mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi sesudah Muhammad SAW. Pengakuan ini bertentangan dengan hadis Nabi yang mengatakan tidak ada lagi Nabi sesudah dirinya, beliaulah Nabi penutup zaman. Disitu bedanya antara Syiah dan Ahmadiyah.
Seperti yang saya ceritakan di atas, saya berteman dengan teman-teman yang simpatisan syiah maupun yang syiah betulan. Seorang teman saya yang simpatisan syiah selalu membawa-bawa sekeping batu yang diyakininya berasal dari daerah Karbala, Iraq. Keping batu itu diletakkan di tempat sujud, dan setiap kali sujud dalam shalat maka keningnya beradu dengan batu itu. Tapi dia belum Syiah seratus persen, sebab dia masih rajin shalat lima waktu di Salman (bukan tiga waktu seperti yang saya sebutkan di atas). Entah ya kalau sekarang.
Teman Syiah saya yang satu lagi murni syiah. Dia hanya shalat tiga waktu seperti yang saya sebutkan di atas, menolak makan kepiting (ada hadis Syiahnya), dan lain-lain. Sedangkan teman saya yang satu lagi, Pak Dimitri, sesama dosen STEI ITB juga penganut Syiah. Pak Dimitri pernah menjadi ketua IJABI Jawa Barat, yaitu perkumplan orang Syiah di Indonesia yang bernama Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia. Kebanyakan orang Syiah suka menamai anak lelakinya dengan “Ali”, seperti anak Pak Dimitri yang pernah menjadi mahasiswa sawa di Informatika ITB.
Meskipun secara madzhab berbeda, hubungan saya dengan mereka baik-baik saja. Malah Pak Dimitri pernah mendoakan anak saya yang sakit. Sama halnya saya juga mempunyai banyak teman dari berbagai agama, suku, dan etnis, tetapi hubungan kami baik-baik saja. Dalam pemahaman saya yang masih awam ini, Syiah itu masih Islam (berbeda dengan Ahmadiyah yang sudah dinyatakan diluar Islam). Tidak perlu dipertentangkan dengan tajam antara Syiah dan Sunni, baik orang Sunni maupun Syiah sama-sama mencintai Ahlul Bait (baca artikel ini). Tidak perlu dijadikan karena alasan berbeda keyakinan maka bunuh-bunuhan. Karena itu saya menyayangkan ucapan kang Jalal yang terkesan mengancam terkait kekerasan di Sampang, seperti dikutip dari media ini: “Orang-orang Syiah pada suatu saat tidak akan membiarkan tindakan kekerasan itu terus menerus terjadi. Karena buat mereka, mengorbankan darah dan mengalirkannya bersama darah Imam Husein adalah satu mimpi yang diinginkan oleh orang Syiah. Saya tidak bermaksud mengancam ya tapi apakah kita harus memindahkan konflik Sunnah-Syiah dari Iraq ke Indonesia? Semua itu berpulang pada pemerintah”. Menurut saya ini ungkapan yang tidak bijak dan bersifat menyebarkan ancaman. Tidak usahlah darah di Karbala diulang di Indonesia.

Bunga Agustusan Bersemi dengan Indahnya di Kampus Ganesha ITB
Kali ini tentang bunga lagi. Pada bulan Agustus ini bunga yang khas di ITB sedang bersemi, yaitu bunga Stepanut (penjual bunga menyebutnya kembang agustusan, begitu kata Pak Taufikurrahman dari SITH-ITB). Disebut bunga agustusan karena ia hanya berbunga pada bulan Agustus. Warnanya yang oranye sangat kontras dengan dedaunan hijau. Indah sekali melihatnya, membuat mata menjadi segar dan hati menjadi riang.
Ini beberapa foto bunga stepanut yang saya jepret di beberap sudut kampus ITB. Bunga stepanut dijadikan tanaman gantung dan mengiasi gedung-gedung serta taman.

Kembang stepanut yang cantik di pelataran antara LabTek V dan LabTek VI (depan kolam “Indonesia Tenggelam”)

Sudut-sudut Kota Yogyakarta
Di kota Yogyakarta, mas-mas pengemudi beca berperan sekaligus sebagai guide atau pemandu wisata. Di Malioboro dan sekitarnya tukang-tukang beca menyapa pendatang (wisatawan) dengan tawaran naik becanya keliling kota. “Becanya mas, sepuluh ribu saja keliling Kraton, Dagadu, toko batik, dan bakpia Pathuk”. Dengan tarif beca yang murah begitu, kita diajak keliling kota naik beca menyinggahi kawasan yang selalu dikunjungi turis. Ya, memang empat tempat itulah yang menjadi tujuan utama selain Malioboro, bukan?
Setiap sudut di kota Yogya adalah daerah seni. Jalan-jalan sempit di kawasan pemukiman yang banyak hotel-hotel kecil mengingatkan saya pada kawasan Kuta di Bali. Antara Kuta dan Yogyakarta itu setali tiga uang, masyarakatnya sadar pariwisata.
Ini beberapa jepretan foto beberapa sudut kota Yogyakarta, sayang untuk disimpan di dalam hard-disk komputer.

Jalan-jalan ke Candi Borobudur dan Candi Mendut
Ini cerita yang tercecer pas liburan anak sekolah pada akhir bulan Juni yang lalu. Saya membawa keluarga jalan-jalan ke Yogyakarta. Supaya ada pengalaman berbeda bagi anak-anak, maka kami pergi dengan pesawat dan pulang ke Bandung dengan kereta api. Sebenarnya saya sudah cukup sering ke Yogyakarta, tetapi memmbawa anak-anak ya baru kali ini.
Di kota Yogya tempat yang wajib dikunjungi apalagi kalau bukan Keraton dan Jalan Malioboro. Kota Yogya memang identik dengan dua obyek wisata itu. Kalau mau agak keluar kota ada beberapa kawasan yang perlu dikunjungi, yaitu ke utara Gunung Merapi (dengan bekas pondok Mbah Maridjan yang legendaris), dan ke selatan ke Pantai Parangtritis.
Jalan-jalan ke Yogya tidak lengkap ke Candi Borobudur. Borobudur identik dengan paket wisata ke Yogyakarta, padahal secara administratif candi ini terletak di propinsi Jawa Tengah, tepatnya d Kabupaten Magelan. Namun jarak Yogya ke Boroubudur jauh lebih dekat daripada jarak candi ini ke Semarang (ibukota Jawa Tengah), oleh karena itu candi Borobudur seolah-olah “milik” Yogyakarta.
Dari Yogya kami menyewa mobil travel (Kijang Inn*va) untuk jalan-jalan ke candi. Karena masa liburan, maka harga sewa mobil travel (plus sopir) cukup mahal juga, yaitu 400 ribu rupiah untuk paket 12 jam. Dari hotel tempat menginap (Hotel Abadi di depan Stasiun Tugu), kami pun menempuh rute yang cukup panjang ke Kabupaten Magelang. Memasuki Magelang hingga Muntilan kita bisa menyaksikan sisa-sisa lahar gunung Merapi yang meletus pada tahun yang lalu. Batu-batu besar di sungai terlihat dengan jelas masih baru dan berasal dari Gunung Merapi.
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, sampailah kami ke kompleks Candi Borobudur. Untuk masuk ke kawasan candi ini harga karcisnya sukup mahal, yaitu Rp30.000/orang. Kita tidak diperbolehkan membawa makanan berat seperti nasi bungkus karena khawatir mengotori atau merusak candi. Kalau membawa minuman masih dibolehkan. Ada petugas yanhg merazia tas pengunjung, jika ada makanan maka harus dititipkan di tempat penitipan tas. Dari tempat parkir kendaraan kita harus berjalan kaki cukup jauh (sekitar 1 km) ke areal candi, lumayan melelahkan juga di tengah cuaca panas terik.
Nah, perjuangan berikutnya adalah menaiki anak tangga yang lumayan panjang itu.
Setelah berjalan mendaki anak tangga, sampailah kami ke bagian atas candi Borobudur. Dari atas candi ini nampaklah lanskap alam Jawa Tengah dengan gunung Merapi di kejauhan.
Di bawah ini foto snapshot beberapa bagian candi yang termasuk keajaiban dunia itu. Melihat Candi Borubudur dari dekat terdecak rasa kekaguman kepada nenek moyang bangsa kita dulu. Sungguh pandai mereka membangun candi Borobudur dengan relief di dinding candi yang begitu detil. Relief itu menggambarkan perjalanan Sang Budha. Sungguh hebat sang arsitek candi yang bernama Gunadarma itu. Meskipun pemeluk agama Budha bukan mayoritas di Indonesia, tetapi keberadaan candi ini dilindungi dan dirawat dengan baik.
Tidak lengkap ke Borobudur tanpa mengunjungi satu candi lagi, yaitu Candi Mendut. Sebenarnya Candi Mendut ini lebih dulu kita lewati sebelum sampai ke Borobudur, namun memang sebaiknya Candi Mendut dikunjungi dalam perjalanan pulang setelah dari Borobudur.
Sebenarnya belum puas mengelilingi kedua candi ini, tetapi karena waktu yang terbatas kami bergegs meninggalkannya karena mengejar sunset di Pantai Parangteritis. Mudah-mudahan pada lain kesempatan bisa ke sana lagi.

Bunga-Bunga di Selasar Sipil Sedang Bersemi
Aduh, indahnya melihat bunga-bunag gantung di selasar Teknik Sipil dan Fisika sedang bermekaran. Warnanya yang oranye terlihat mencolok di tengah dedaunan hijau, sementara rumput di bawahnya sudah menguning karena sudah lama merindukan hujan. Bunga-bunga itu selalu bersemi pada setiap musim kemarau. Aneh.
Ini satu lagi:
Indahnya kampusku, Kampus Ganesha ITB.

Menghitung-hitung Untung Pasca Lebaran
Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri 1433 H sudah berlalu. Para pemudik sudah mulai berdatangan kembali ke kota dan daerahnya masing-masing. Tentu banyak cerita dan kesan yang ditinggalkan dari aktivitas puasa selama satu bulan dan diakhiri dengan hingar bingar mudik lebaran.
Hari-hari pasca lebaran ini para pelaku usaha mungkin sedang mengibas-ngibas uangnya. Mereka tentu sedang menghitung-hitung keuntungan besar yang diraih dari momen tahunan ini. Ramadhan adalah bulan barokah ternyata bukan omong kosong belaka. Bulan Ramadhan dalam arti sempit memberi berkah luar biasa bagi pelaku usaha, karena di bulan inilah mereka memperoleh pendapatan dan keuntungan yang berlipat-lipat. Mau tahu usaha apa saja yang meraih rezeki besar selama Ramadhan dan lebaran ini?
1. Bisnis ritel
Supermarket dan minimarket yang menjual barang kebutuhan selama bulan Ramadhan dan Lebaran dipadati konsumen setiap hari. Pada bulan Ramadhan konsumsi masyarakat umumnya melebihi hari-hari biasa. Sebagian orang beranggapan bahwa karena Ramadhan adalah bulan istimewa maka hidangan pun perlu istimewa pula. Mereka berbelanja banyak kebutuhan untuk bulan puasa, utamanya makanan dan minuman, dan bahan pangan lain sepeti telur, daging, ayam, nugget, dan sebagainya. Menjelang lebaran produk yang “diserbu” adalah biskuit, kue kering, dan sirop. Saya saja sampai tidak kebagian sirop di toko swalayan yang saya langgan. Habis bis. Banyak orang yang membeli sirop dan biskuit ternyata tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri, melainkan dijadikan parcel buat pembantu, supir, pegawai, dan karyawan mereka sendiri.
2. Toko fashion
Selama Ramadhan kebutuhan fashion khusus meningkat tajam, yaitu sarung, sajadah, kopiah, dan mukena. Menjelang Idul Fitri kebutuhan fashion beralih ke baju-baju baru dan busana muslim buat shalat Ied. Coba deh jalan-jalan ke Pasar Baru atau mal-mal, penuh sesak dengan orang-oranmg yang berburu pakaian, kayak takut nggak kebagian saja. Kata seorang pengelola mal di koran lokal, masa Ramadhan dan Lebaran adalah ibarat “nyawa” tambahan bagi para tenant-tenant di malnya, sebab pada hari-hari biasa toko-toko di mal sepi pengunjung, barulah selama menjelang lebaran mereka mendapat nafas tambahan karena omset naik berlipat ganda. Jadi, kerugian selama 11 bulan dapat terbayar dari keuntungan selama satu bulan.
3. Usaha telekomunikasi
Menjelang bulan puasa traffic telekomuniksi selular meningkat padat karena banyak orang-orang berkirim pesan mengucapkan selamat memasuki bulan Ramadhan. Selama bulan puasa traffic itu menurun kembali, tetapi melonjak lagi sesudah sidang Itsbat di Kementerian Agama. Sesaat setelah Menag mengumumkan penetapan 1 Syawal, lalu lintas telekomunikasi melonjak drastis. Orang-orang berkirim pesan (SMS, MMS, BBM) selamat Hari Raya Idul Fitri. Pada hari pertama dan hari kedua lebaran orang-orang royal membelanjakan pulsanya berkirim pesan singkat ucapan Idul Fitri kepada orang-orang di dalam phonebook-nya. Mengirim SMS telah menggantikan kebiasan penggunaan kartu lebaran di masa lalu. Setiap orang bisa berkirim pesan hari raya kepada minimal 10 orang saja. Satu pesan SMS isinya bisa panjang sehingga memakan lebih dari 2 pesan. Hitung saja jika setiap orang membelanjakan uang Rp10.000 saja untuk berkirim ucapan selamat lebaran, dikali dengan jumlah pengguna ponsel, maka bisa anda hitung berapa laba yang diraih oleh provider seluar. Telkoms*l saja misalnya, jumlah pelanggannya 135 juta, kalau 50% saja dari jumlah pelanggan itu membelanjakan pulsa untuk berkirim pesan selamat Hari Raya, hitung saja pendapatan yang diraih oleh operator selular terbesar itu. Makanya tidak heran menjelang bulan puasa para operator telekomunikasi sibuk meningkatkan kapasitas bandwidth di jalur-jalur mudik untuk memanjakan pelanggan. Mereka juta royal beriklan di televisi untuk menarik pelanggan baru. Bahkan, mereke juga mendirikan posko-posko sepanjang jalur mudik dengan menyediakan fasilitas yang tdiak ada hubungannya denagn telekomunikasi, yaitu menyediakan layanan pijat, makanan, dan minuman. Pelanggan harus “diikat” kata mereka, dana untuk mengikat itu banyak caranya.
4. Stasiun televisi
Apa yang tidak pernah tidur selama bulan puasa? Jawabnya adalah televisi. Selama bulan puasa stasiun televisi mendapat pemasukan yang berlimpah dari iklan. Jam tayang utama (prime time) bergeser yang semula malam hari menjadi sore menjelang maghrib dan waktu dini hari. Sore hari menjelang waktu berbuka adalah saatnya banyak orang-orang duduk di rumah menunggu bedug, maka perhatian banyak orang tertuju di televisi. Sambil menunggu adzan magrib para anggota keluarga duduk di depan televisi. Saat-saat itulah banyak tayangan yang dipenuhi iklan-iklan. Harga slot iklan pada jam menjelang maghrib tersebut sangat mahal, 30 detik harganya puluhan juta rupiah. Beralih ke waktu dini hari, televisi membangunkan pemirsa dan menemani mereka untuk makan sahur. Pada jam pagi buta seperti itu acara-acara TV yang kebanyakan tayangan kurang mendidik (“sampah”) dipenuhi oleh iklan. Ada yang bilang biro iklan sudah memesan slot iklan bulan puasa sejak jauh-jauh hari, bahkan satu tahun sebelum puasa itu dimulai. Wah, sebegitu ketat persaingan mendapat slot iklan menjelang adzan maghrib dan waktu sahur. Yang keterlaluan adalah adzan maghrib saja disisipi iklan.
5. Bisnis transportasi
Menjelang lebaran sudah menjadi tradisi orang Indonesia adalah mudik. Pada masa sebelum dan sesudah lebaran tiket moda transportasi susah dicari karena sudah habis jauh-jauh hari. Pesawat, bus, kereta api, dan kepal laut mendapat untung besar karena membludaknya pengguna angkutan. Mereka bahkan harus menambah frekuensi perjalanan karena banyaknya permintaan. Menurut hukum ekonomi, jika permintaan meningkat maka harga pun naik. Begitulah, harga tiket pesawat bisa baik dua kali lipat dari harga biasa. Bus pun begitu, mereka menaikkan harga tiket diluar tuslah, sedangkan kereta api memainkan tarif batas atas. Misalnya tarif kereta dari Jakarta ke Surabaya yang biasanya Rp300 ribu kelas eksekutif, pada masa mudik lebaran harganya adalah harga batas atas yaitu Rp600.000, sama dengan harga tiket pesawat dari Jakarta ke Surabaya. Selain angkutan konvensional di atas, travel pun marema, karena mobil-mobil mereka disewa pemudik untuk pulang kapung atau berwisata.
6. Pedagang makanan berbuka puasa
Tidak dapat disangkal lagi yang menjadi bintang selama bulan puasa adalah para pedagang dadakan yang menjual makanan berbuka puasa. Mereka mendapat berkah rezeki yang luar biasa. Mereka adalah pedagang musiman yang menjual hidangan seperti kolak, es buah, gorengan, rujak, dan lain-lain. Itu belum termasuk pedagang buah khas Ramadhan seperti kurma, blewah dan timun suri. Bahkan pedagang yang biasanya berjualan makanan di siang hari seperti pedagang es, kue, bakso, dan lain-lain beralih menjadi pedagang makanan buka puasa. Jumlah mereka menjamur dan tidak hanya di pasar-pasar, tetapi di sepanjang jalan hingga ke perumahan. Keuntungan itu lumayan untuk menutupi pemasukan berjualan makanan pada siang hari yang kurang laku, lumayan juga buat lebaran dan mudik, kata mereka.
7. Restoran dan hotel
Selama siang hari selama bulan puasa bisnis restoran lesu karean tidak banyak orang yang makan, tetapi menjelang waktu berbuka puasa terjadi fenomena sebaliknya, meja-meja di restoran sudah penuh dengan orang yang menunggu bedug. Pengunjung rumah makan dan restoran berjubel sehingga ada yang tidak kebagian tempat. Fenomena ini tidak hanya pada rumah makan waralaba asing atau fast food, tetapi juga pada rumah makan tradisional. Jika anda telat datang, anda tidak kebagian tempat.
Hotel-hotel yang sepi dari hunian selama bulan puasa mendapat tambahan pengunjung restoran mereka menjelang waktu berbuka. Hotel-hotel itu berlomba menawarkan paket berbuka puasa dengan hidangan menggoda. Lesunya hunian hotel selama bulan puasa terobati pada masa lebaran, karena tingkat okupansi hotel meningkat tajam. Banyak wisatawan yang memesan kamar hotel jauh-jauh hari agar bisa menginap selama libur lebaran. Mencari kamar hotel yang kosng di Bandung pasca lebaran ini susah sekali. Saudara saya hanya mendapat hotel kecil yang kurang bagus.
~~~~~~~
Hmmm… usaha apa lagi apalagi ya yang panen rezeki selama bulan Ramadhan dan lebaran. Jika mau dirinci tentu masih banyak lagi, termasuk pedagang kaki lima dan pedagang di pasar tradisionil yang menjual barang kebutuhan sehari-hari, bisnis parcel, jasa pegadaian, toko perhiasan, jual beli mobil bekas, dan sebagainya. Tentu ada pengecualian, tidak semua mendapat untung, ada juga yang merugi, antara lain bisnis hiburan malam.
Yang pasti banyak orang yang menyediakan anggaran tambahan selama satu bulan itu. Perilaku konsumtif yang ekstra itu berlawanan dengan hakikat puasa yang mengajarkan untuk menahan hawa nafsu, tetapi kebanyakan masyarakat beranggapan toh bulan puasa hanya sekali setahun, tidak apa-apalah royal sedikit. Ada lagi yang berpendapat bulan puasa adalah bulan istimewa, maka konsumsi juga harus istimewa. Tidak salah juga sih, tetapi yang penting jangan terlalu berlebihan sebab yang berlebihan itu tidak baik karena dapat mendatangkan penyakit, baik penyakit badani maupun penyakit jiwa.

Lebaran Tanpa Orangtua
Besok adalah Hari Raya Idul Fitri 1433 H/2012 M. Ini lebaran pertama saya tanpa ada orangtua di dunia ini. Tahun lalu ibu saya sudah pergi untuk selama-lamanya, sedangkan ayah saya sudah berpulang pada tahun 2004. Tentu saja ada rasa sedih yang mendalam pada saat hari bahagia ini ketika orang-orang berkumpul dengan bersilaturahmi dengan orangtuanya, maka saya cukuplah bersama anak dan istri saja di rumah.
Saya masih ingat pada tahun lalu, sekitar bulan Juli 2011, ibu saya berkeinginan untuk berpuasa bersama saya di Bandung. Mengingat kesehatan ibu yang kurang baik (sudah susah berjalan), saya katakan tidak usah saja, biar nanti pada Hari Raya Idul Adha saja ke Bandung, karena istri saya pada saat itu menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Namun, ibu saya tetap bersikeras untuk ke Bandung pada bulan puasa (Juli). Ternyata itu adalah firasat tanda perpisahan untuk selamanya, itulah Ramadhan terakhir dan lebaran terakhir bersama ibu saya. Tuhan sudah mengatur semuanya, dan skenario hidup yang kami alami adalah seperti itu. Allahu Akbar, Allah masih memberi kesempatan kepada saya berhari raya bersama ibu pada tahun lalu.
Tentu saya tidak perlu larut dalam kesedihan. Dunia ini fana. Kehidupan ini ada saat datang dan saatnya pergi. Mungkin inilah suratan takdir yang harus dijalani setiap manusia. Sebelum bulan puasa tahun ini saya sempatkan pulang ke Padang untuk berziarah di makam orangtua. Rasanya plong hati ini dapat berziarah ke kubur mereka.
Sekarang hanya doa yang bisa saya panjatkan kepada mereka. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa mereka, lapangkanlah kubur mereka di alam barzah, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga-Mu. Amiin.

Waqaf Al-Quran Dapat Al-Quran
Di Masjid Salman ITB sekarang ada program waqaf Al-Quran. Lembaga yang menyelenggarakannya adalah Rumah Amal Salman ITB, yaitu sebuah lembaga amil zakat, infaq, dan sadaqah (LAZIS) di lingkungan masjid Salman. Dengan membayar waqaf sebesar Rp100.000, anda telah beramal dengan menyediakan dana untuk pembelian Al-Quran yang nantinya akan disumbangkan kepada dhuafa di kampung-kampung yang menjadi binaan Masjid Salman ITB. Yang menarik adalah anda yang berwaqaf pun memperoleh sebuah Al-Quran “cantik” bernama Al-’Alim yaitu Al-Quran Edisi Ilmu Pengetahuan.
Saya ikut berwaqaf dan mendapatkan Al-Quran “cantik” seperti di atas. Sebenarnya ini adalah Al-Quran biasa dengan terjemahan, tetapi ada tambahan materi di dalamnya dikaitkan dengan sains.
Yuk, mari berwaqaf Al-Quran untuk kaum dhuafa.

Rhoma Irama dan Saleha
Hari-hari ini nama Rhoma Irama mendadak terkenal, tetapi bukan karena lagu dangdutnya, melainkan karena ceramah tarawihnya di masjid yang oleh sebagian kalangan dinilai mengandung SARA terkait pemilihan Gubernur DKI Jakarta putaran kedua.
Saya tidak akan mengomentari tentang kontroversi ceramah Rhoma Irama tersebut. Biarlah itu menjadi perdebatan yang hangat di media dan jejaring sosial (berita terakhir mengatakan Panwaslu DKI menyatakan Rohoma Irama tidak bersalah). Pada posting kali ini saya akan menulis tentang sebuah lagu Bang Rhoma yang sangat berkesan bagi saya pribadi.
Sebenarnya saya bukan fans berat Rhoma Irama, saya suka beberapa lagunya yang bertema dakwah. Salah satu lagu yang saya suka adalah Saleha. Lagu ini bercerita tentang istri yang sholehah, yaitu istri yang didambakan oleh laki-laki yang beriman. Klik video di Youtube berikut untuk menikmati lagu dan klip videonya (yang kayaknya diambil dari potongan film berjudul sama). Klip videonya sangat pas menggambarkan bakti dan ketaatan seorang istri kepada suaminya.
Sekarang coba perhatikan bait-bait syair lagu Saleha di bawah ini, menurut saya sangat bernas isinya, yang mengajak setiap wanita untuk menjadi istri yang sholeh yang diridhoi oleh Allah SWT:
Setiap keindahan perhiasan dunia
Hanya isteri salehah perhiasan terindah
Setiap keindahan yang tampak oleh mata
Itulah perhiasan, perhiasan dunia
Namun yang paling indah di antara semua
Hanya isteri salehah, isteri yang salehah
Setiap keindahan perhiasan dunia
Hanya isteri salehah perhiasan terindah
Hanya isteri yang beriman
Bisa dijadikan teman
Dalam tiap kesusahan
Selalu jadi hiburan
Hanya isteri yang salehah
Yang punya cinta sejati
Yang akan tetap setia
Dari hidup sampai mati
Bahkan sampai hidup lagi
Bait-bait lagu Saleha di atas sebenarnya didasarkan pada sebuah hadis Nabi yang terkenal tentang wanita yang sholeh, sebagai berikut:
”Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan terbaik di dunia ini adalah wanita yang sholehah.” (HR. an-Nasa’I dan Ahmad)
atau dalam hadis yang lain yang senada tetapi periwayatnya berbeda:
“Dunia ini adalah perhiasan dan seindah-indah perhiasan adalah wanita solehah” (Hadis Riwayat Muslim)
Siapa yang tidak ingin mendapat istri yang sholehah? Setiap lelaki yang beriman pasti menginginkannya. Dia adalah permata yang terindah di dalam sebuah rumah tangga, yang memberi kedamaian dan keteduhan. Istri yang soleh adalah istri yang taat kepada Allah lalu kepada suaminya. Namun, tidak adil jika hanya wanita yang dituntut sholehah, suami pun haruslah menjadi pria yang sholeh. Insya Allah istriku di rumah adalah wanita yang sholehah, amiin.

Bunga Gerbang Ganesha sedang Bersemi
Bulan Agustus ini bunga yang merambat di gerbang Ganesha ITB sedang bersemi. Bunga-bunganya yang berwarna merah menyembul dari balik dedaunan. Saya tidak tahu bunga apa namanya itu, bunga bougenvilkah?
Konon kata sahibul hikayat, bunga di gerbang Ganesha itu selalu bersemi setiap tahun ajaran baru menyambut kedatangan mahasiswa-mahasiswi baru ITB. Wallahualam.

Pintu gerbang Ganesha tampak dari depan (beserta papan nama ITB yang biru ngejreng itu). Foto ini ditambahkan belakangan.
