Archive for May, 2011
Agenda Juni-Juli
1. Revisi bab 2 theoretical framework <-- bereskan pekan pertama juni Bu, jangan malas!
2. Nulis bab 4, history environmentalist movement <-- pekan kedua juni
3. Bereskan wawancara yang belum2 <- sepanjang juni
4. Nulis bab 5, actor analysis <-- pekan ketiga juni
5. Nulis bab 6, interface analysis <-- pekan keempat juni
Sementara itu di akhir bulan juni dan awal juli sudah masuk kemungkinan waktu kelahiran, jadi pada pekan pertama/kedua juni ibu harus sudah siap:
- satu tas berisi perlengkapan standar untuk dibawa sewaktu-waktu ke rumah sakit
- ambil perlengkapan bayi di mba mia: box, tempat mandiin, tempat ganti baju, dan jumper
- mulai rutin senam hamilnya, lihat video
- khatam Al-Qurán sekali lagi
- sedikit2 tapi rutin bereskan baju2 yang numpuk, sortir yg tidak perlu
- periksa lagi keperluan bayi yang masih terlewat
- makan yang bergizi, sayuran, daging kambing, minum susu
- perbanyak silaturahmi, meminta maaf, dan memberi hadiah
Bismillah… ya hayyu ya qayyuummm… laa haulaa walaaa quwwataa illa billah..
Allahumma yassir wa laa tuássir…
Skenario2 Allah
Betapa banyaknya karunia Allah, satu juga belum tamat disyukuri, datang lagi karunia yang lain, belum lagi yang tidak terlintas di mata atau terbersit di fikiran.. Alhamdulillah…Alhamdulillah..Alhamdulillah…
Semua perkuliahan saya sudah tunai dilaksanakan, tinggal menyelesaikan master tesis dan defense, insyaAllah semoga bulan Agustus setelah melahirkan dapat defense sesuai rencana, itu artinya, pekerjaan2 tesis masih harus dikerjakan sambil menanti kelahiran dan sesudah kelahiran. Kemarin sempat ada kendala 3 ECTS mata kuliah quantitative research model yang belum lulus di TU Eindhoven, Alhamdulillah dapat diganti dengan mata kuliah sejenis yang secara tidak direncanakan diambil di TU Delft. Dengan rekomendasi positif profesor pengajar quantitative research model di TU Eindhoven, komite Exam menyetujui request of exemption saya sehingga tuntas sudah semua mata kuliah di TU Eindhoven. Sudah dua kali profesor yang terkesan strict itu membantu saya, and indeed he’s smiling a lot to me. =) senengggg dechhhh.
Request for maternity leave saya juga disetujuai, Alhamdulillah…. ini artinya selama off saya tidak harus membayar SPP, jadi jika ada kemungkinan extend maka saya mempunyai cadangan SPP untuk dibayarkan (dari cuti yang tidak dihitung). Tapi mudah2an insyaAllah ga extend ya amiinn aminn..aminn …. Padahal beberapa bulan lalu ketika disarankan supervisor yang baik hati itu untuk mengajukan maternity leaves tidak disetujui oleh international office, mereka bilang tidak punya kasus dan klausul seperti itu, jadi meteran SPP jalan terus. Tapi supervisor saya tidak percaya, kebetulan partnernya juga sedang hamil anak kedua (anak pertamanya juga seumuran mba nana), partnernya ini juga student dan akan melahirkan juni, jadi dia juga mengambil maternity leaves. Setelah supervisor telepon kesana kemari, akhirnya ketemu orang yang punya otoritas dan saya bisa mengajukan maternity leaves, Alhamdulillah. Supervisor saya berargumen, kalaupun saya rencana lulus tepat waktu, tetap ambil aja cuti melahirkan, tidak ada salahnya toh, biar tidak setres juga, mengerjakan tesis dengan lebih tenang, dan mau lulus kapan saja di waktu yang kamu sukai, karena urusan SPP sudah ter-back up. Iya bener juga… nothing to loose.. why not..
Agaknya memang benar, Allah sudah mengatur rizki untuk masing2 manusia, termasuk rizki adiknya mba nana, dengan kemudahan2 yang banyak ibu dapatkan sepanjang kehamilan Alhamdulillah lancar tidak ada masalah berarti, dan banyak kebaikan2 lain yang ibu dapatkan menjelang kelahirannya. Semoga selamanya Allah menjadikanmu berkah bagi banyak orang nak.
“Surat Cinta” dalam Lembar Jawaban Ujian
Ketika saya memeriksa berkas ujian mahasiswa, ada saja pengalaman menarik yang saya temukan dalam lembar jawaban mereka. Ujian di tempat saya semuanya soal bertpe essai sehingga mahasiswa memberi jawaban yang terbuka. Membuat soal essai memang relatif mudah tetapi memeriksanya melelahkan dan membosankan. Saya harus membaca semua tulisan mahasiswa dari atas sampai bawah lalu memberikan nilai. Dalam sebuah kelas yang diikuti 130 mahasiswa berarti saya harus membaca 130 lembar jawaban ujian. Bosan sih bosan karena mengulang-ulang pekerjaan yang sama, tetapi ya dinikmati sajalah.
Nah, kadang-kadang ada saja hal yang lucu di dalam lembar jawaban ujian itu. Pernah ada mahasiswa yang menggambar kartun komik Jepang di dalam lembar jawaban. Mungkin mahasiswa ini sudah mentok berpikir akhirnya menggoret-goretkan pensilnya dengan menggambar kartun. Kreatif juga, sepertinya dia penggemar manga atau komik Jepang.
Namun yang sering saya temukan adalah tulisan pada lembar terakhir. Nah, isinya curhat tentang dirinya yang tidak siap ujian sehingga dia tidak bisa menjawab sebagian besar soal. Mungkin maksudnya minta “pengertian” dari saya, kali.
Pak, mohon maaf saya tidak belajar semalam, jadinya saya nggak bisa menyelesaikan soal-soal ini.
Lho, belajar untuk ujian kok semalam sebelumnya? SKS kali, sistem kebut semalam, atau sistem kerja sangkuriang, he..he.., begitu tulisan balasan saya di bawah curhatnya.
Itu belum seberapa. Ada lagi yang curhatnya lebih panjang, seakan-akan dia menemukan tempat untuk mencurahkan kegalauan hatinya selama ini.
Pak, saya merasa gagal semester ini. Padahal saya sudah bertekad semester ini nilai saya harus lebih baik dari semester sebelumnya. Saya sudah mencoba konsentrasi untuk belajar, tapi tetap aja nggak bisa. Mungkin tahun depan saya harus mengulang mata kuliah Bapak.
Yang mengagetkan adalah curhatan tentang salah jurusan. Mahasiswi yang satu ini memang sejak awal semester kelihatan agak aneh. Dia tampak seperti orang gelisah, tatapan matanya pada setiap kuliah selalu kosong, entah apa yang dipikirkannya. Orangnya terkesan tertutup dan kurang gaul. Pada Ujian Tengah Semester (UTS) dia hanya menjawab 2 soal dari 8 soal yang saya berikan, selebihnya kertasnya kosong. Nah,pada saat UAS dia tidak menjawab soal sama sekali, tetapi hanya berisi satu “surat cinta” yang panjang. Begini bunyinya (tidak sama persis tetapi saya masih ingat dengan isinya):
Melalui tulisan ini saya memohon maaf sebelumnya kepada Bapak jika saya terkesan kurang sopan. Seharusnya saya tidak menuliskan di sini, tetapi saya bingung mau bagaimana lagi. Saya sebenarnya tidak cocok kuliah di Informatika. Minat saya sebenarnya adalah Kedokteran, namun orangtua saya memaksa saya memilih IF. Dari awal masuk IF hingga sekarang saya tidak begitu semangat kuliah. Saya sudah mencoba menyukai kuliah di IF tetapi tetap saja nggak mood. … dst..dst…
Ooo… itu toh masalahnya sehingga dia terlihat seperti orang bingung. Kasihan juga jika memilih jurusan bukan karena keinginan sendiri tetapi paksaan orang lain (orang tua). Padahal yang menjalani hidup nanti adalah anak, tetapi kenapa orangtua memaksakan keinginannya kepada si anak? Maksud baik orangtua belum tentu baik bagi anak. Mungkin orangtua si mahasiswi tersebut seorang dokter dan menginginkan salah satu anaknya ada yang menjadi dokter pula seperti dirinya.
Mahasiswi tadi akhirnya mengundurkan diri kuliah di ITB dan mendaftar ke PT lain. Saya kira dia menemukan jalannya dengan memilih Fakultas Kedokteran seperti yang dia idamkan, tetapi saya malah kaget ketika temannya memberi kabar kalau mahasiswi tadi malah “terdampar” di jurusan Informatika di sebuah PTS di Jakarta. Lho, jadi sebenarnya apa masalah dia ya? Tidak cocok dengan lingkungan ITB yang ketat atau salah jurusan? Jadi bingung. Atau, mungkin gagal tes masuk Kedokteran sehingga akhirnya balik lagi ke Informatika?
Curhat-curhat semacam itu saya namakan “surat cinta” dari mahasiswa. Semua “surat cinta” tersebut tidak mempengaruhi penilaian. Obyektif sajalah, saya hanya menilai jawaban ujian yang tertulis. “Surat cinta” tersebut anggap saja kenang-kenangan yang mungkin menjadi memori.

Monyet Saja “Shalat”, Bagaimana dengan Tuannya?
Hampir di setiap perempatan jalan yang ada lampu merah kita temui para pengamen, pengemis, dan padagang asongan. Mereka berebut mencari nafkah uang recehan selama 2 menit, yaitu saat-sat lampu merah menyala sebentar dan para pengendara berhenti menunggu lampu menyala hijau. Salah satu jenis pengamen yang kita temui di perempatan lampu merah adalah kesenian doger monyet. Seekor monyet membantu tuannya mendapat uang recehan dengan beraksi di depan pengendara yang berhenti.
Seperti yang sering saya temui di bawah jalan layang Pasupati Bandung, doger monyet ini lumayan menghibur para pengendara. Si monyet melakukan apa saja yang diperintahkan tuannya. Seorang lelaki bertugas menabuh alat musik seperti foto di bawah ini:
Seorang lelaki lainnya memandu monyet beraksi.Mulailah si monyet mempertunjukkan kebolehannya. Ia begitu mahir mengendari sepeda motor mainan:
Dan pemandangan yang menyentuh adalah ketika si monyet “shalat” di atas sajadah mini. Ia melakukan gerakan sujud di atas sajadah itu laksana orang Islam yang sedang shalat. Wuah…. benar-benar aksi monyet ini membuat saya terharu. Pandai juga ya tuannya melatih si monyet shalat.
Pengendara yang hiba memberi uang ala kadarnya kepada lelaki yang memandu monyet tadi. Berapa lama si monyet itu dilatih mengendarai motor mainan dan “shalat” ya? Latihan yang keras barangkali, mungkin selama latihan tersebut monyet ini mendapat hukuman fisik jika ia bandel, nggak mood, atau malas.
Lampu menyala kuning, pengendara pun mulai bersiap memacu kendaraannya, tidak sabaran untuk duluan keluar dari perhentian lampu merah. Tak lama kemudian lampu menyala hijau. Tiiit… tiit… tiit.. suara klakson bersahutan meminta pengendara yang di depan agar cepat beranjak. Si monyet dan tuannya menyingkir kembali ke pinggir jalan dan bersiap menunggu lampu menyala merah kembali.
Saya pun memacu motor ke arah Jl. Pasteur. Sambil melamun di atas motor saya membayangkan kejadian tadi. Monyet saja “shalat”, apakah tuannya juga shalat? Mudah-mudahan saja masih, saya ber-khusnu dhzon saja Biarpun kehidupan itu keras dan tuan si monyet berusaha dari pagi sampai sore mencari nafkah dengan mengandalkan monyetnya itu, mudah-mudahan tuan si monyet masih mengingat Allah SWT dengan shalat. Apakah anda juga masih tetap shalat?

Seri Manajemen Diri: Manajemen Waktu dan Peran Muslimah
Link penting untuk diarsip: http://rumahfahima.org/index.php?option=com_content&view=article&id=445%3Aseri-manajemen-diri-manajemen-waktu-dan-peran-muslimah&catid=69%3Aartikel-manajemen&Itemid=158
Seri Manajemen Diri: Manajemen Waktu dan Peran Muslimah |
Written by PSDM |
Saturday, 02 April 2011 09:38 |
Ada seorang wanita mulia, pengusaha sukses dizamannya. Kecemerlangan pikiran dan kemampuan intelektualnya membawa bisnisnya berkembang sampai ke Yaman dan Syiria. Dialah orang yang pertama beriman, Khadijah binti Khuwailid ra. Wanita yang kedua adalah sosok wanita kuat, pendukung dakwah Islam, pengobat hati dan luka Rasulullah Muhammad SAW, kedermawanannya pada fakir miskin menjadi sejarah. Dialah Fathimah binti Rasulullah SAW. Dizamannya lazim seorang ibu dibantu oleh khadimah (pembantu). Namun ia menangani urusan rumah dan anak-anaknya tanpa khadimah, melainkan dibantu kekuatan hati dengan dzikir yang diajarkan ayah tercintanya. Wanita ketiga adalah wanita cerdas luar biasa. Dia laksana lautan dalam ilmu dan taqwa. Dialah rujukan para shahabat yang bertanya tentang ilmu, setelah wafatnya Rasulullah. Dialah Aisyah ra, guru dari generasi terbaik sepanjang masa, yang muridnya tersebar ke seluruh penjuru dunia. Wanita keempat adalah seorang delegasi Islam ke luar negeri, bersama suaminya ia turut menjelajah dunia. Kemampuannya berdiplomasi bahkan pada pemimpin negara. Dialah Ummu Salamah yang pada akhirnya juga menjadi istri Rasulullah SAW.
Sahabat Fahima, peran muslimah tak pernah terkungkung zaman. Dari dulu sampai sekarang muslimah adalah sosok dengan banyak peran. Kita bisa lihat contoh shahabiyah yang pengusaha handal, aktivis sosial kemanusiaan pengentas kemiskinan, guru terbaik, diplomat, dokter, mereka juga turut berperang bersama Rasulullah dan kaum muslimin. Sungguh, muslimah adalah sosok dengan banyak peran. Peran sebagai individu, anak, istri, ibu, pelajar, pekerja, aktivis, pengusaha, dan aktivitas sosial lain ditengah masyarakat. Para shahabiyah mengajarkan kepada kita untuk berkiprah mengoptimalkan kapasitas diri juga menjaga kelancaran urusan rumah tangga, dan tentu saja mendidik anak-anak menjadi generasi gemilang kebanggaan umat. Masya Allah betapa mulianya. Jangan berpikir sulit, mari kita coba merencanakannya dengan manajemen waktu dan peran. Tujuannya untuk menjaga keseimbangan peran yang kita miliki. Yang penting adalah “Do The Best”, selalu berusaha melakukan yang terbaik. Berikut ini beberapa hal yang mungkin dapat bermanfaat dalam manajemen waktu dan peran muslimah :
dst.. 2. Memiliki perencanaan waktu rutin membuat hidup kita lebih teratur. Susunlah agenda harian, pekanan, bulanan, dst. Juga target yang ingin dicapai. Hal ini juga sangat membantu mengingatkan tugas-tugas yang harus dikerjakan bersama deadline nya. Bahkan dalam pekerjaan rumah tangga hal ini sangat bermanfaat. Para ibu bisa menuliskan daftar pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan serta deadline-nya kemudian menempelkannya di tempat yang terlihat, misalnya kapan harus mencuci piring, berbelanja, menyuapi bayi kecil, mengajak anak-anak berjalan-jalan, mengajarkan Al Quran pada anak, dll. Percayalah, anak-anak pun lebih menyukai keteraturan dan rutinitas dalam kegiatan mereka. Silakan sesuaikan dengan kebutuhan rutinitas masing-masing. 3. Memiliki prioritas dalam beraktifitas. Salah satu hal yang membantu dalam penentuan prioritas adalah `status hukum` aktifitas tersebut. Status hukum disini maksudnya wajib, sunah, mubah, dst. Yang wajib tentu saja harus diprioritaskan. Misalnya kita harus berusaha menyediakan waktu untuk bisa sholat tepat waktu ditengah-tengah kesibukan saat bekerja atau kuliah atau memasak, dll. Hal lainnya yang juga menjadi pertimbangan dalam menentukan prioritas adalah urutan ketaatan. Urutan ketaatan yang dimaksud adalah : 1. Taat kepada Allah dan Rasul , 2.Taat kepada suami (sudah menikah) 3. Taat kepada Orang tua 4. Memiliki kebiasaan yang baik :
5. Memiliki waktu khusus untuk menimba ilmu dan mendidik diri 6. Memiliki waktu khusus yang menjadi `sumber energi` 7. Memanfaatkan teknologi 8. Bekerjasama dengan orang lain 9. Menikmati peran dan bersyukur. Menyadari setiap peran yang kita miliki adalah sebuah anugerah dari Allah yang tidak diberikan pada semua orang. Menjalani peran-peran dengan penuh rasa syukur akan membantu kita menemukan kebahagiaan. Nikmati waktu tidur, nikmati waktu memasak, nikmati waktu belajar, nikmati waktu bekerja, nikmati waktu sholat, semuanya akan menambah keindahan hidup kita. Contoh Pembuatan Jadual Rutin Harian, Pekanan, dan Daftar Hal yang Perlu Dilakukan Setiap Pekan. Pekerjaan rumah tangga sengaja direncanakan untuk dikerjakan sedikit-sedikit tetapi rutin. Karena sesunguhnya amalan yang sedikit tapi kontinyu (rutin) itu lebih disukai Allah. Lebih banyak manfaatnya, juga menjaga energi kita agar tidak kelelahan. Jangan ngoyo pada suatu waktu yang panjang mengerjakan pekerjaan rumah sampai kita capek. Lakukan sedikit-sedikit dalan rentang waktu yang pendek. Selingi dengan istirahat sebentar atau minum teh. Pekerjaan Rumah Tangga memang banyak dan seolah tidak ada habis-habisnya. Tapi kita tidak perlu menyelesaikannya dalam satu waktu, bukan? Silakan buat versi Anda, sesuaikan dengan aktivitas dan jam kerja Anda dan keluarga.
Rutinitas Sebelum tidur
Rutinitas pagi hari Membuat Jadual Pekanan Daftar hal yang perlu dilakukan setiap pekan Terakhir, sayangi diri kita. Sayangi keluarga dan lingkungan kita. Jangan frustasi, depresi, kecewa karena sesuatu yang terjadi diluar kehendak kita. Jangan terlalu perfeksionis. Misalnya kalau masih punya anak kecil, relakan keberantakan konstruktif terjadi di rumah. Sediakan waktu untuk refresing, memanjakan diri sendiri. Jika ada kondisi yg tidak sesuai dengan harapan kita (misal ada anggota keluarga yang tiba-tiba sakit) sehingga kita ttidak dapat menyelesaikan target-target kita, jangan sampai membuat kita putus harapan. Mungkin target itu bisa kita rubah dengan target lain yang sesuai dengan kondisi yang baru terjadi di luar perkiraan kita, atau kita memundurkan selesainya target kita. Yang penting sekali lagi, berusaha semaksimal mungkin, “Do The Best”. Mudah2an Allah selalu meridhoi apa pun yg kita lakukan. |
Manajemen Prioritas
Link penting untuk diarsip http://rumahfahima.org/index.php?option=com_content&view=article&id=442:manajemen-prioritas&catid=69:artikel-manajemen&Itemid=158
Manajemen Prioritas |
Written by PSDM |
Saturday, 02 April 2011 05:54 |
Assalaamu’alaikum wr wb.
Sahabat Fahima, seringkali kita dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit dalam hidup kita. Manakah yang harus kita prioritaskan? MANAJEMEN PRIORITAS
Kasus 1:Nita, seorang ibu rumah tangga dengan dua anak balita sering bingung menghadapi hari-harinya. Ingin hatinya mencurahkan seluruh waktunya untuk mengurusi keperluan kedua buah hatinya, belajar, bermain, jalan-jalan. Namun, Nita juga ingin dirinya bisa tetap beribadah dengan khusyu`, menjalankan ibadah-ibadah sunah seperti yang rutin dilakukannya sejak masih gadis. Ia juga berusaha membereskan pekerjaan rumah tangga yang bertumpuk sebelum atau sesudah anak-anaknya tidur. Bagaimana ia harus memprioritaskan hal-hal penting tersebut dalam hidupnya? Kasus 2:Akhir-akhir ini Lili sibuk sekali, ia terlibat berbagai aksi sosial pengentasan kemiskinan dan kampanye hidup sehat di masyarakat sekitar. Bakti sosial, mendistribusikan sembako, memberikan penyuluhan ke puskesmas, semua kegiatan itu benar-benar menguras energinya. Sering kali ia tidak menghadiri kuliah di kampus juga pengajian rutinnya. Lili merasa lelah sekali. Kedua kasus di atas adalah contoh kecil masalah manajemen prioritas dari cuplikan kehidupan keseharian. Sebetulnya masalah manajemen prioritas tidak hanya kasus pribadi, melainkan juga kasus bermasyarakat dan bernegara. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat pada umumnya seringkali mengalami penyimpangan menentukan skala prioritas. Misalnya saja seni dan hiburan diberi perhatian lebih daripada ilmu pengetahuan. Media massa memberitakan bidang seni dan hiburan, atau entertainment secara besar-besaran. Kajian terhadap dunia seni dan entertainment ini juga tak kalah heboh. Opini massa digiring untuk lebih tertarik pada bidang ini daripada membuat masyarakat tertarik pada buku dan ilmu pengetahuan. Beberapa Ahli manajemen memberikan solusi untuk manajemen prioritas sebagai berikut, I. Penting dan mendesak Kuadran I. Penting dan Mendesak Kuadran II. Penting namun Tidak Mendesak Kuadran III. Tidak Penting namun Mendesak Kuadran IV. Tidak Penting dan Tidak Mendesak 2. Memaksimalkan kuadran II Bagaimana Menetukan yang Penting dalam Skala Prioritas Seperti apakah ukuran yang benar untuk menentukan tingkat ke`penting`an suatu hal? Mana hal-hal yang seharusnya ditempatkan pada urutan utama Skala Prioritas? 1. Prioritas dalam kehidupan tercantum dalam Al Quran 2. Antara prioritas dan kondisional 3. Memprioritaskan ilmu di atas amal 4. Memprioritaskan kualitas di atas kuantitas 5. Memprioritaskan yang ringan dan mudah daripada yang berat dan sulit
Tuntunan Prioritas Dalam Hal Ibadah 1. Prioritas dalam hal ibadah. Seperti juga prioritas dalam bidang keduniawian, dalam hal ibadah yang paling prioritas adalah ibadah yang sesuai dengan masa dan situasinya. Ibadah yang diprioritaskan ketika azan telah berkumandang adalah sholat. Ibadah yang diprioritaskan ketika sepertiga malam adalah sholat malam, tadabbur quran, bermunajat dan mohon ampun pada Allah. Ibadah yang diprioritaskan saat kedatangan tamu adalah menyambut tamu itu dan mengurusi keperluannya meski harus meninggalkan tilawah Al Quran dan wirid. Ibadah yang prioritas bagi anak adalah berbakti pada orang tua, bagi seorang istri adalah melayani suaminya, meski harus meninggalkan puasa sunahnya. Bagi seorang ibu adalah mengurusi anak-anaknya, meski harus meninggalkan puasa wajibnya di bulan Ramadhan (bila ia hamil atau menyusui). Prioritas ibadah dimasa kekurangan adalah bersedekah. Di masa peperangan adalah berperang, meski ia harus meninggalkan sholat dan puasa sunahnya, bahkan boleh menunda sholat wajibnya bila sedang tidak aman. Dengan begitu Islam menuntun kita dalam manajemen prioritas setiap waktu, setiap kondisi, setiap tempat sehingga apapun situasinya kita tetap bisa meraih ridho Allah. 2. Prioritas dalam ibadah harus sesuai tingkatan hukum. Fardhu `ain diprioritaskan atas yang fardhu kifayah, yang wajib diprioritaskan atas yang sunah, yang sunah diprioritas di atas yang makruh 3. Prioritaskan hak hamba diatas hak Allah. Bila sebuah hal yang hukumnya fardhu ain namun ada hak Allah dan hak hamba didalamnya, maka yang diprioritaskan adalah hak hamba. Misalnya dalam hal harta. Bila harta yang dimiliki seseorang telah cukup untuk naik haji, namun masih ada utang kepada orang lain, maka yang diprioritaskan adalah membayar utangnya lebih dulu. Bahkan dalam sebuah hadits shahih dikatakan, “semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni, kecuali utangnya.” (HR Muslim dari Abdullah bin Umar). Ini juga sebabnya kita boleh memprioritaskan makan daripada sholat fardhu, bila makanan itu telah terhidang. Tuntunan Prioritas Dalam Hal Amal 1. Memprioritaskan amal yang kontinyu diatas amal yang terputus putus 2. Memprioritaskan amal yang lebih banyak dan lebih lama manfaatnya diatas amal yang sedikit dan sebentar menfaatnya. Misalnya saja dalam bersedekah, lebih diprioriaskan memberikan sedekah berupa barang yang lebih lama manfaatnya. Misal, memberikan sapi yang hamil atau membuat sarana air bersih untuk warga. Dengan umur kita yang pendek maka amalan yang kita lakukan tentu terbatas, disinilah peran amal jariyah yang manfaatnya terus mengalir bagi penerima amal maupun bagi si pemberi amal. 3. Memprioritaskan beramal pada zaman fitnah. Zaman fitnah yang dimaksud adalah masa ketika terjadi fitnah, ujian, cobaan, sehingga kondisi dan situasi saat itu menjadi begitu berat dan menyulitkan. Keteguhan, kesabaran, dan kekuatan untuk terus beramal sholeh dalam situasi ini lebih prioritas daripada di masa mudah. Misalnya menentang pemerintah yang zalim. Atau kondisi musibah seperti sekarang. Dapat kita rasakan pada situasi yang tengah dihadapi saat ini di Jepang, ditengah bencana yang melanda dan ketakutan akan radiasi nuklir yang mengancam, maka beramal sholeh menolong sesama manusia menjadi amalan yang utama. Dibandingkan beramal sholeh pada mereka ketika kondisinya normal-normal saja. 4. Memprioritaskan amalan hati di atas amalan badan. Amalan badan yang dilakukan tidak akan berguna tanpa disertai amalan hati. Karena syarat diterimanya sebuah amalan adalah dari niat dan hati kita. Ketakwaan ada di dalam hati, keimanan ada di dalam hati, keikhlasan, kejujuran, cinta, inilah yang akan melahirkan amalan badan yang diterima oleh Allah. 5. Prioritaskan sesuai keadaaan, waktu, dan tempat. Disinilah perlunya kita melihat dan mempertimbangkan kondisi yang sedang berlangsung. Misalnya di sebuah negara bila ada pertanyaan, manakah bidang yang lebih diprioritaskan; pertanian, perindustrian, atau perdagangan? Para ulama yang mengkaji hadits-hadits terkait berpendapat, bila masanya negara tersebut kekurangan bahan makanan sehingga harus mengimpor dari negara lain, maka pertanian menjadi prioritas. Tentu saja disesuaikan juga dengan ketersediaan lahan, kesuburan tanah, dan kondisi terkait lainnya. Bila yang terjadi adalah makanan cukup, pertanian berjalan baik, namun bidang industri tidak bergerak sehingga negara harus mengimpor barang-barang dan angka pengangguran tinggi , maka yang diprioritaskan adalah negara membuka lahan industri dari yang kecil sampai yang besar sehingga bisa memproduksi barang-barang secara mandiri dan membuka lapangan pekerjaan bagi bangsanya. Namun bila yang terjadi adalah makanan dan barang telah melimpah, maka diprioritaskan membuka bidang perdagangan sehingga barang-barang bisa diekspor. Demikianlah Islam menuntun umatnya dengan fleksibel dan kondisional. Bila yang terjadi saat ini adalah umat Islam yang membutuhkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, teknologi canggih, persenjataan modern, maka tanggungjawab pemerintah untuk membuka setiap jalan yang menuju kesana. Membangun universitas, mengembangkan riset, dan lain-lain. Inilah yang akan mengembalikan harga diri dan kekuatan kaum muslimin. 6. Prioritaskan memperbaiki diri sebelum memperbaiki sistem. Perbaikan diri adalah modal untuk memperbaiki sistem. Sistem yang baik dibuat dan dijalankan oleh individu yang baik. Karena itulah pembinaan diri diprioritaskan sebelum pembinaan masyarakat dan pembangunan sistem. Semuanya berawal dari pembinaan diri. Perbaikan diri. Ini pula alasan mengapa pembinaan diri lebih diprioritaskan daripada berjihad. Membina diri dengan mempelajari isi Al Quran, menjalankan ibadah wajib dan sunah, mengamalkan ilmu yang didapat, berakhlak dan berpikiran sesuai Al Quran, akan menjadi modal utama lahirnya orang-orang yang dapat membawa dunia kearah kebaikan. Dengan demikian berdasarkan tuntunan prioritas diatas kita bisa memecahkan kasus Nita: Untuk Kasus Lili: Untuk kasus yang lebih luas lagi menyangkut masyarakat, bangsa, dan negara tentu saja tidak mudah memecahkannya. Namun, diawali dari pemahaman terhadap prioritas ini semoga kita bisa mencapai tujuan yang diinginkan, baik dunia maupun akhirat. Sumber : |
Sawah Terakhir di Antapani
Kemarin ketika melewati jalan keluar kompleks perumahan Antapani (Jalan Purwakarta Raya), saya melihat sawah terakhir yang tersisa di Antapani itu sudah ditutupi pagar seng. Ini pertanda tanah sawah itu sudah dijual ke developer dan akan dijadikan kompleks perumahan mewah.
Foto di bawah ini adalah gambar sawah yang sekarang ditutupi pagar seng:
Ada perasaan sedih melihat kawasan sawah ini akan tinggal kenangan. Padahal kawasan sawah ini menjadi “pemandangan desa” yang masih tersisa di kawasan Antapani, Bandung. Alam desa selalu diidentikkan dengan pemandangan sawah, air sungai yang mengalir, dan lansekap gunung dari kejauhan. Karena sawah ini terletak di pinggir jalan utama keluar masuk kompleks, maka bagi penduduk Antapani keberadaan sawah ini adalah hiburan cuci mata ketika pergi dan pulang beraktivitas. Warga dapat melihat para petani menggarap sawah untuk ditanami padi, memanen padi yang menguning, atau melihat kawanan bebek yang diangon dari daerah Subang mencari dedak padi di sawah.
Saya sering membawa anak-anak menyusuri sawah ini ketika sedang menguning. Mengajak anak berjalan di pematang sawah seperti zaman kecil saya di kampung kelahiran, melihat para petani memanen, melihat padi sebagai asal muasal beras, dan lain-lain.
Antapani adalah kawasan kompleks perumahan terrbesar di kota Bandung. Antapani yang sudah menjadi kecamatan sendiri terletak di Bandung Timur. Di sini terdapat kompleks perumahan mulai dari Perumnas hingga puluhan perumahan real estat. Harga tanah di sini sudah mahal karena Antapani dekat dengan pusat kota. Fasilitas di kawasan ini sudah sangat lengkap, mulai dari pasar, supermarket, sekolah, perguruan tinggi, poliklinik, pom bensin, ruko, dan lain-lain. Dulunya kawasan ini adalah sawah yang luas sebelum berganti dengan perumahan. Manusia memang butuh tempat tinggal dan pertambahan penduduk kota Bandung mengakibatkan sawah-sawah itu beralih fungsi menjadi pemukiman. Namun masih ada satu kawasan sawah yang tersisa, itulah sawah yang terletak di mulut kompleks perumahan.
Sawah yang terlihat pada foto-foto di atas mungkin tidak lama lagi akan diuruk dan dijadikan kompleks perumahan baru. Saya yakin harga bangunan rumah di sana harganya pasti sangat mahal, minimal di atas 500 juta. Lokasinya sangat strategis di pintu keluar kompleks, pantas saja membuat penegmbang tergiur untuk membeli tanah sawah itu. Akhirnya tidak ada lagi sawah di Antapani, dan hilanglah pemandangan desa yang tersisa itu.

Anak Penjual Kayu Bakar dari SMA 1 Pariaman Itu Diterima di ITB
Selalu saja ada kabar suka diantara derai air mata. Seperti kisah Yudi April Nando ini, anak penjual kayu bakar dari SMA 1 Pariaman, Sumatera Barat yang meraih nilai UN tertinggi di Sumbar dan diterima di STEI-ITB melalui SNMPTN jalur undangan. Kisah-kisah seperti ini akan selalu memberi inspirasi bahwa jika ada kemauan pasti ada jalan.
Dikutip dari koran lokal, Singgalang, Padang:
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Anak Penjual Kayu Bakar itu Diterima di ITB
JARUM jam menunjukkan pukul 15.00 WIB, Minggu (22/11), saat Singgalang bertandang ke rumah sederhana milik keluarga Yudi April Nando, 19, anak hebat SMA 1 Pariaman peraih nilai tertinggi UN IPA SMA 2011. Rumahnya di Korong Buluah Kasok, Nagari Sungai Sariak, Padang Pariaman.
Rumah itu amat sederhana, sesederhana anak hebat yang tinggal di dalamnya. Dinding rumah diplester seadanya. Waktu gempa, rumah ini mengalami kerusakan parah. Halaman ditumbuhi gulma panjang sejengkal. Di salah satu sudut tampak seonggok biji cokelat (kakao) sedang dijemur.
Singgalang mengetok pintu rumah sederhana itu. Ingin bertemu si anak hebat yang tinggal di sini. Setelah beberapa kali diketok, muncul sosok pemuda tinggi jangkung. Lalu ia bertanya.
“Cari sia da?
“Mancari Yudi April Nando…,”
“Ambo Yudi, ado apo da?” Jawab si jangkung itu.
Setelah memperkenalkan diri, pintu rumah pun dibukakan dan dipersilahkan masuk. Melongo saya menyaksikan rumah Yudi. Kontras benar kondisinya kalau dibandingkan dengan prestasi di bangku pendidikan. Yudi mengantongi nilai UN IPA tertinggi di Sumbar 56,20. Bahkan, dua mata pelajaran, matematika dan kimia nilainya 10 pula.
Dalam rumah tak ada kursi empuk. Ada sebuah almari usang, sebuah bofet dan sebuah meja reot untuk meletakkan makanan yang ditempatkan di sudut ruangan. Adik perempuan Yudi, Rini bergegas membentangkan tikar pandan dan mempersilahkan duduk. Setelah itu Rini berlalu membangunkan bapaknya yang lagi tidur.
Kisah pahit
Yudi yang dari tadi terlihat bingung membuka pembicaraan. Dia bertanya.
“Apo yang bisa wak bantu da?” Tanya dia.
“Ndak do, ambo nio bacurito sae nyo, seputar prestasi Yudi raih di sekolah,”.
Yudi termangu, matanya menerawang jauh menyiratkan bahagia dan galau. Dia pun melepaskan pandangan kepada ayahnya, Ali Ninih, 60.
“Apo lo ka dimalu an, memang co iko iduik wak. Carito an se lah,” kata Ali Ninih menyuruh anaknya.
Yudi pun bercerita panjang tentang keluarga dan kelangsungan pendidikannya hingga akhirnya bisa meraih nilai tertinggi UN IPA di Sumbar. Sesekali matanya terlihat berbinar menahan air mata.
“Antah lah da, semangat jo keyakinan se nan mambuek wak bisa rajin dan tekun sikola nyo,” tutur Yudi.
Panjang dan pahit lika-liku hidup yang dijalani anak hebat ini untuk bisa sekolah. Tak sedikit tetangga yang mencibir, mencimeehnya.
“Sikola yang dituruik an, iduik keluarga, untuak makan se payah,” cibir tetangga suatu waktu.
Tapi cimeeh itu dijadikan semangat oleh Yudi untuk berbuat lebih. Yudi ingin membuktikan, kalau cimeeh itu tak selamanya benar.
Ayah Yudi, Ali Ninih menceritakan, sebenarnya hatinya iba melihat Yudi. Iba tak bisa berbuat banyak mendukung biaya sekolah. Kadang-kadang untuk ongkos pergi sekolah Yudi, Ali Ninih tak jarang meminjam uang kepada tetangga. Utang kemudian ditutupi dengan kayu bakar yang ia cari di hutan. Begitulah setiap hari, gali lubang, tutup lubang.
Melihat kondisi orangtuanya seperti itu, Yudi sebenarnya tak tega. Tapi, di sisi lain, dia ingin juga mengejar cita-citanya menjadi dosen atau ahli ilmu teknologi (IT). Demi cita-cita itu pula, Yudi turun tangan membantu orangtuanya mencari kayu api ke hutan, atau mengambil upah mengerjakan sawah orang. Kayu bakar yang dicari dijual ke sebuah rumah makan di dekat tempat tinggalnya Rp4.000 per ikat. Sekali ke hutan, dia dan ayahnya bisa mengumpulkan empat hingga lima ikat kayu bakar. Uang penjualan kayu bakar dipakai Yudi untuk ongkos dan belanja ke sekolah. Sisanya untuk bayar hutang dan makan.
“Kalau lah pai we e ka rimbo jo apak mancari kayu, ibo hati apak dek e. Tapi, semangat we e yo sabana kuat untuk sikola. Pai ka rimbo, we e mambaok buku juo. Panek mengumpua an kayu, inyo mambaco. Kayu takumpua, inyo nan mambaok kayu jo garobak pulang. Hampia tiok hari sarupo itu,” kata Ali Ninih.
Diterima di ITB
Buah pahit, kalau yakin bisa jadi obat. Begitu pula dengan Yudi. Pahitnya kehidupan yang dijalani ternyata berbuah manis. Sejak SD hingga SMA, Yudi selalu meraih rengking 1 di kelas. Kini, dia diundang pula untuk kuliah di ITB. Karena prestasinya itu pula, pelbagai beasiswa bisa dia dapat untuk kelangsungan pendidikan. Bahkan, karena terenyuh melihat kondisi keluarga dan prestasi akademiknya yang luar biasa, seorang pejabat di lingkungan Pemkab Padang Pariaman berkenaan jadi donatur. Selama di SMA, Yudi diberi bantuan uang tunai tiap bulan oleh pejabat tersebut.
Setelah lulus UN, Yudi tercatat salah satu dari puluhan siswa SMA 1 Pariaman yang berkesempatan menerima tawaran dari pemerintah untuk kuliah di sejumlah perguruan tinggi negeri (PTN) ternama di Indonesia. SNMPTN jalur undangan beda dengan PMDK. SNMPTN jalur undangan, siswa penerima dibebaskan memilih PTN favorit. Yudi memilih ITB, kampus yang selama ini jadi cita-citanya untuk kuliah. Di ITB dia mengambil Sekolah Teknik Elektronika dan Informatika (STEI). Di ITB fakultas atau sekolah, rupanya sama. Selama ini dia bercita-cita ingin sekali menjadi dosen atau ahli TI. Kini, langkah menuju cita-cita itu sudah di depan mata Yudi.
Untuk kuliah di ITB, semua sudah ditanggung negara. Untuk keberangkatan ke Bandung mendaftar, telah ada pula donatur yang mengupayakan keberangkatan. Rencananya, Yudi dan istri pejabat yang jadi donaturnya sejak SMA itu akan berangkat ke Bandung, Jumat (27/5). Batas akhir mendaftar di ITB, Selasa (31/5).
Kini yang jadi kerisauan bagi Yudi, setelah kuliah nanti, ia membutuhkan biaya beli buku dan biaya lainnya. Jumlahnya pasti banyak dan tak akan bisa diharapkan kepada keluarga. Yudi berharap, ke depan ada orang baik untuk membantunya. Dia sendiri akan berusaha mengumpulkan uang dengan bekerja, apapun itu nantinya. Yudi si penjual kayu bakar nan hebat itu membuktikan pada dunia, kalau kemiskinan tak bisa menghalangi keinginan untuk mengejar cita-cita. Dinding tinggi dan sekat tebal itu dia runtuhkan dengan semangat, keyakinan dan ketekunan belajar. Bagi dia, uang bukan segala-segalanya dalam mengejar cita-cita. Orang miskin juga bisa sukses. (*)

Agenda Studi Akhir Mei – Juni
Senin kemarin laporan ke supervisor tentang progres tesis dan approval beberapa dokumen nilai & mata kuliah, terutama butuh supervisi çerdas’nya. Hasilnya, bab 2 theoretical framework disempurnakan, ini memang bab paling berat, klo lolos yg ini insyaAllah bab2 yang lain tinggal mengikuti, istilahnya di bab 2 adalah membuat pola (framework). I’ve already spent two or three months for this chapter, kesulitannya memang ini non-engineering, development sociology nya Norman Long, jadi rada babak belur switch dari well-trained engineer menjadi scientist yang bermain lebih di level abstraksi & teori.
Untuk diselesaikan dalam seminggu – dua minggu ini (jangan sampai lebih):
1. Actors analysis (actors are heterogeneous)
- Discourse (practices, standpoints: social, evalutive, and cognitive)
- Lifeworld (resources, social-geographical spaces)
- Agency (knowledge, strategy)
2. Interface analysis (Outcomes are hybrid)
- Arena (contestation between representatives: blending or separation of different discourses)
- Encounters & Discontinuities between lifeworlds
- Relations of power
- Emergence of new social and legal forms
Beberapa agenda interview:
- Rabu 25 Mei, 15.30 interview Energy Commission – EU
- Rabu 1 Juni, interview Dewan Minyak Sawit Indonesia
Belum dapat jawaban:
- PTPN IV
- Friends of the Earth
I think I will work until third week of June. Then a week break for maternity preparation.
Yaa Hayyu Yaa Qayyuum….Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah
Batal Memilih ITB Karena 55 Juta?
Kemarin saya ditelepon seorang ibu. Anaknya yang lulus dari SMA * B*g*r dan termasuk juara kelas tidak jadi mendaftar ke ITB pada SNMPTN jalur undangan yang pengumuman hasilnya sudah dilaksanakan Selasa minggu lalu. Anaknya akhirnya memilih UI. Sang anak batal memilih ITB setelah melihat besaran biaya uang pangkal 55 juta + SPP 5 juta/semester. Si anak paham kondisi orangtuanya sehingga ia tahu diri dengan tidak memilih ITB, padahal dia sangat ingin masuk ITB. Meskipun saya katakan bahwa ada keringanan 25%, 50%, dan 75%, tetapi setelah dihitung tetap saja berat. Dia juga tidak termasuk yang miskin-miskin amat sehingga tidak layak menerima beasiswa 100%. Misalkan ia dapat potongan 75%, berarti ia harus menyiapkan (25% x 55 juta) + 5 juta = 18 juta (belum termasuk biaya kos dan uang lain-lain).
Barangkali ini pula salah satu faktor kenapa dalam SNMPTN jalur undangan ITB tidak termasuk dalam daftar 10 besar PTN dengan pendaftar terbanyak. Selain karena pilihan fakultas di ITB lebih sedikit dibandingkan UI, UGM, dll, mungkin salah satu sebab sedikitnya pendaftar karena siswa-siswa SMA “takut” melihat angka 55 jeti itu, sehingga mengalihkan pilihannya ke PTN lain. Memang, angka 55 juta itu cukup berat bagi bangsa ini yang pendapatan per kapitanya kecil.
FYI, berikut peringkat 10 perguruan tinggi negeri di Indonesia dengan jumlah pendaftar terbanyak lewat SNMPTN jalur undangan (di mana ITB tidak termasuk dalam 10 besar):
1. Universitas Gadjah Mada, 34.922 pendaftar
2. Universitas Indonesia, 32.363 pendaftar
3. Universitas Padjadjaran, 27.292 pendaftar
4. Universitas Diponegoro, 23.010 pendaftar
5. Universitas Brawijaya, 21.560 pendaftar
6. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 19.258 pendaftar
7. Universitas Negeri Yogyakarta, 19.254 pendaftar
8. Institut Pertanian Bogot, 17.203 pendaftar
9. Universitas Negeri Surabaya, 16.655 pendaftar
10. Univesitas Negeri Semarang,16.258 pendaftar
(Sumber: Koran Tempo)
Peminat masuk ITB pada jalur undangan “hanya” 12.000-an. Apakah pada SNMPTN jalur ujian tulis juga akan terjadi penurunan pendaftar? Jumlah pendaftar memang tidak berkaitan dengan kualitas suatu perguruan tinggi, tetapi jumlah pendaftar yang sedikit menyebabkan tingkat persaingan masuk perguruan tinggi tersebut menjadi rendah. Padahal salah satu indaktor rangking perguruan tinggi dunia juga diukur dari tingkat persaingan pada seleksi penerimaan mahasiswa barunya.
Sayang juga ya, bila akhirnya siswa-siswa unggulan itu tidak mendaftar ke ITB hanya karena angka uang yang besar itu. Jangan-jangan nanti yang masuk ITB bukan lagi yang “terbaik”, tetapi yang “terkaya”. Uf… Masyarakat sudah terlanjur punya persepsi bahwa masuk ITB itu mahal. Perlu upaya besar untuk mengubah persepsi tersebut.
Memang setelah masuk ITB terdapat banyak beasiswa, tetapi berapa banyak publik yang tahu informasi beasiswa tersebut? Indonesia ini terlalu luas untuk penyebaran informasi beasiswa. Sayang sekali ya.
